Rabu, 28 November 2018

Siapa itu IMMawati?

Nabi Muhammad S.A.W dalam menjalani masa-masa perjuangan ditemani seorang yang bernama Khadijah, hadir untuk selalu menguatkan dalam keraguan, menemani dalam perjuangan, mendampingi dalam kesusahan demi tegaknya dinul Islam. K.H Ahmad Dahlan, telah hadir sosok Perempuan yang bernama Nyai Walidah, yang selalu memberikan semangat dan dorongan untuk tetap menjalankan misi kenabian melalui gerakan Organisasi Muhammadiyah. Tabah dan Ikhlas mempersembahkan yang terbaik untuk kepentingan ummat dan agama sehingga Muhammadiyah besar sampai satu abad lamanya. Bung Karno, hadir seorang yang bernama Fatmawati, menemani masa-masa sulit, memberikan dorongan semangat dan masukan lewat diskusi serta kehangatan dengan mempersembahkan yang terbaik untuk ibu pertiwi.
Perempuanlah dibalik Ketokohan para orang-orang luar biasa. Peran mereka melampau batas kemampuan para laki-laki, wajar kalau kata bijak mengatakan bahwa perempuan adalah tiangnya Negara, apabila perempuan baik maka baik pulalah suatu negeri dan apabila perempuannya rusak maka rusak pulalah suatu negara. Negara tanpa tiang akan roboh dan hancur berkeping-keping ibarat rumah, itulah analogi kehidupan bangsa ini tanpa perempuan akan kehilangan arah.
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) yang didalamnya ada yang namanya IMMawati, sebutan bagi kader Perempuan yang telah dibaiat dalam pengkaderan IMM. Mereka menyandang gelar IMMawati karena telah melalui proses penempaan di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sehingga kata IMM yang ditambah kata wati sebagai identitas perempuan.
Mereka adalah perempuan tangguh, anggun dalam moral, unggul intelektual dan santun dalam tutur serta dalam spritualitasnya. Mereka dibebani begitu berat tanggung jawab sehingga nasib bangsa ini dititipkan dipundak mereka. Bobrok atau rusaknya generasi sangat ditentukan oleh peran dan sentuhan seorang perempuan. Tokoh perempuaan telah banyak hadir dalam sejarah perjalanan bangsa ini, mereka terlibat atas persoalan bangsa dan memberikan warna tersendiri bagi gerakan perlawanan atas ketidak adilan dan kesewenang-wenangan.
Begitu jugalah IMM tanpa IMMawati akan roboh dan pincang dalam mengarungi gerak langkahnya sebagai organisasi Kemahasiswaan Islam. Immawati adalah penjaga keseimbangan dalam derap langkah IMM dimasa yang akan datang, immawati sangat menentukan baik buruknya IMM, karena sebuah oranganisasi tanpa penyeimbang dan penopang tidak akan mampu bertahan dalam situasi apapun. Karena perubahan dibangun oleh perempuan sejati, perempuan sejati telah disandang oleh IMMawati, dan tanpa IMMawati, maka merajalelalah kebiadaban.
Bukan soal dramatika belaka, mengapa ada-ada saja perempuan yang terambisi ingin tampil di panggung karier. Melainkan, ini persaingan ketat yang berlalulalangnya politisi di era yang terbilang maju sungguh pesat. Seringkali banyak orang yang menyakralkan kelahiran perempuan, sehingga ada pesan kepada para orang tua bahwa: Menjaga 100 ekor domba lebih mudah dibandingkan menjaga satu orang perempuan. Menerjemahkannya banyaklah perbedaan, ada yang mengatakan perempuan sarangnya fitnah dunia, ada pula yang  mengatakan bahwa perempuan adalah kaum terhormat dan mulia bak telur yang jangan sampai pecah kelalaian meletakkannya di mana saja. Pikiran-pikiran itupun muncul disebabkan ketidaktahuan orang-orang mengenai peranan-peranan laki-laki dan perempuan di masa depan yang tentu, hasilnya akan dinikmati oleh siapa saja.
Jika perempuan sejati mampu menorehkan pencerahan, maka sesungguhnya tertorehlah kaum IMMawati dalam mengukir sejarah. Tak maju, berarti siap-siaplah merasakan pahitnya kebodohan. Di sini IMMawati bukanlah terbilang sama seperti perempuan-perempuan lainnya yang tak menghijabi. Perempuan-perempuan yang disebut muslimah sehingga kerjaannya hanya mengurusi shalat dan diri, yang dimana hal tersebut baginya adalah ibadah. Maka, tercatatlah kejahiliahan itu kembali nampak dari tertutupnya diri. Padahal, dengan ilmu yang luas, menerjemahkan “Ibadah” bukan hanya shalat, melainkan di samping jenis ibadah khusus tersebut, juga terdapat ibadah umum, yakni tolong-menolong, dakwah, ukhuwah islamiah, dan lain sebagainya.
Ada hal penting yang menjadikan IMMawati sebagai objek generasi milenial. Yaitu, memberdayakan diri mengikut pada arus zaman  dengan satu tujuan, menyebarkan islam di zaman modern dengan sistem islam berkemajuan. Mengikat diri tidak hanya dalam rana intelektual saja tetapi dengan rana spritualitas juga, Intelektual tanpa spritualitas adalah hal yang pincang. IMMawati terlahir sebagai Pimpinan. Menjadi seorang Pimpinan, sungguh bukanlah hal yang mudah sebab harus memadukan antara intelektual dan kepemimpinan. Jiwa kepemimpinan dikatakan berpengaruh kepada diri sendiri adalah karena ia mempu memanajemen segala aktivitas dan apa-apa yang ada pada dirinya untuk suatu perbaikan. Sebab, keberhasilan seseorang dalam memimpin suatu lembaga dalam Pimpinan, jelas bisa dilihat dari bagaimana ia bisa membangun diri sendiri. Cerminan suatu pimpinan itu ada pada pribadi Pemimpin. Sekali lagi bahwa, setiap orang adalah pemimpin, dan akan dimintai pertanggung hawabannya yaitu memimpin untuk diri sendiri adalah hal yang paling utama, ketika hal ini sudah bisa kita capai yakin dan percaya kita akan bisa memimpin orang lain.
Kerja-kerja IMMawati sangatlah perlu dalam suatu Pimpinan. Maka jelas bahwa kebodohan suatu kaum perempuan atau IMMawati adalah kebiadaban besar. Negara bisa maju karena peran santral perempuan, maka IMM maju karena kerja perempuan yang memadukan intelektual dengan kepemimpinan untuk menciptakan peradaban besar bagi dunia dan lembaga.
Peran-peran IMMawati untuk penguatan para generasi adalah salah satunya dengan membentuk komisi-komisi ruang yang berkonsentrasi khusus pada IMMawati.Seperti sekarang ini IMM mempunyai wadah bagi IMMawati yaitu dengan adanya Pendidikan Khusus IMMawati seperti (Kajian IMMawati, MABIT IMMawati) dan banyak kegiatan IMMawati lainnya.
IMMawati sebagai aset penting dibangunnya perdaban harus berbeda dan memiliki daya saing yang kuat, karena sejatinya sudah dibekali oleh berbagai pelatihan, perkaderan, dan perjuangan untuk memacu daya kritis dan kreativitas di IMM merupakan modal besar bagi IMMawati untuk menduduki posisi strategis, bukan hanya di IMM, tapi di tengah masyarakat, dan Bangsa di masa yang akan datang.
Untuk memulai sebuah perubahan kita tidak perlu menunggu. Itulah pesan Kakanda yang berkali-kali diucapkan tatkala menyemangati para pejuang perubahan di zamannya. Perubahan adalah kata yang mewakili semangat ketika berada dalam garis perjuangan moral dan intelektual. IMMawati sudah harus memulai dari sekarang untuk mengasah dan mengantarkan segenap kekuatan beserta semangat untuk senantiasa bergerak di setiap jengkal zaman yang selalu berubah.



Siapa itu IMMawati?

Nabi Muhammad S.A.W dalam menjalani masa-masa perjuangan ditemani seorang yang bernama Khadijah, hadir untuk selalu menguatkan dalam keraguan, menemani dalam perjuangan, mendampingi dalam kesusahan demi tegaknya dinul Islam. K.H Ahmad Dahlan, telah hadir sosok Perempuan yang bernama Nyai Walidah, yang selalu memberikan semangat dan dorongan untuk tetap menjalankan misi kenabian melalui gerakan Organisasi Muhammadiyah. Tabah dan Ikhlas mempersembahkan yang terbaik untuk kepentingan ummat dan agama sehingga Muhammadiyah besar sampai satu abad lamanya. Bung Karno, hadir seorang yang bernama Fatmawati, menemani masa-masa sulit, memberikan dorongan semangat dan masukan lewat diskusi serta kehangatan dengan mempersembahkan yang terbaik untuk ibu pertiwi.
Perempuanlah dibalik Ketokohan para orang-orang luar biasa. Peran mereka melampau batas kemampuan para laki-laki, wajar kalau kata bijak mengatakan bahwa perempuan adalah tiangnya Negara, apabila perempuan baik maka baik pulalah suatu negeri dan apabila perempuannya rusak maka rusak pulalah suatu negara. Negara tanpa tiang akan roboh dan hancur berkeping-keping ibarat rumah, itulah analogi kehidupan bangsa ini tanpa perempuan akan kehilangan arah.
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) yang didalamnya ada yang namanya IMMawati, sebutan bagi kader Perempuan yang telah dibaiat dalam pengkaderan IMM. Mereka menyandang gelar IMMawati karena telah melalui proses penempaan di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sehingga kata IMM yang ditambah kata wati sebagai identitas perempuan.
Mereka adalah perempuan tangguh, anggun dalam moral, unggul intelektual dan santun dalam tutur serta dalam spritualitasnya. Mereka dibebani begitu berat tanggung jawab sehingga nasib bangsa ini dititipkan dipundak mereka. Bobrok atau rusaknya generasi sangat ditentukan oleh peran dan sentuhan seorang perempuan. Tokoh perempuaan telah banyak hadir dalam sejarah perjalanan bangsa ini, mereka terlibat atas persoalan bangsa dan memberikan warna tersendiri bagi gerakan perlawanan atas ketidak adilan dan kesewenang-wenangan.
Begitu jugalah IMM tanpa IMMawati akan roboh dan pincang dalam mengarungi gerak langkahnya sebagai organisasi Kemahasiswaan Islam. Immawati adalah penjaga keseimbangan dalam derap langkah IMM dimasa yang akan datang, immawati sangat menentukan baik buruknya IMM, karena sebuah oranganisasi tanpa penyeimbang dan penopang tidak akan mampu bertahan dalam situasi apapun. Karena perubahan dibangun oleh perempuan sejati, perempuan sejati telah disandang oleh IMMawati, dan tanpa IMMawati, maka merajalelalah kebiadaban.
Bukan soal dramatika belaka, mengapa ada-ada saja perempuan yang terambisi ingin tampil di panggung karier. Melainkan, ini persaingan ketat yang berlalulalangnya politisi di era yang terbilang maju sungguh pesat. Seringkali banyak orang yang menyakralkan kelahiran perempuan, sehingga ada pesan kepada para orang tua bahwa: Menjaga 100 ekor domba lebih mudah dibandingkan menjaga satu orang perempuan. Menerjemahkannya banyaklah perbedaan, ada yang mengatakan perempuan sarangnya fitnah dunia, ada pula yang  mengatakan bahwa perempuan adalah kaum terhormat dan mulia bak telur yang jangan sampai pecah kelalaian meletakkannya di mana saja. Pikiran-pikiran itupun muncul disebabkan ketidaktahuan orang-orang mengenai peranan-peranan laki-laki dan perempuan di masa depan yang tentu, hasilnya akan dinikmati oleh siapa saja.
Jika perempuan sejati mampu menorehkan pencerahan, maka sesungguhnya tertorehlah kaum IMMawati dalam mengukir sejarah. Tak maju, berarti siap-siaplah merasakan pahitnya kebodohan. Di sini IMMawati bukanlah terbilang sama seperti perempuan-perempuan lainnya yang tak menghijabi. Perempuan-perempuan yang disebut muslimah sehingga kerjaannya hanya mengurusi shalat dan diri, yang dimana hal tersebut baginya adalah ibadah. Maka, tercatatlah kejahiliahan itu kembali nampak dari tertutupnya diri. Padahal, dengan ilmu yang luas, menerjemahkan “Ibadah” bukan hanya shalat, melainkan di samping jenis ibadah khusus tersebut, juga terdapat ibadah umum, yakni tolong-menolong, dakwah, ukhuwah islamiah, dan lain sebagainya.
Ada hal penting yang menjadikan IMMawati sebagai objek generasi milenial. Yaitu, memberdayakan diri mengikut pada arus zaman  dengan satu tujuan, menyebarkan islam di zaman modern dengan sistem islam berkemajuan. Mengikat diri tidak hanya dalam rana intelektual saja tetapi dengan rana spritualitas juga, Intelektual tanpa spritualitas adalah hal yang pincang. IMMawati terlahir sebagai Pimpinan. Menjadi seorang Pimpinan, sungguh bukanlah hal yang mudah sebab harus memadukan antara intelektual dan kepemimpinan. Jiwa kepemimpinan dikatakan berpengaruh kepada diri sendiri adalah karena ia mempu memanajemen segala aktivitas dan apa-apa yang ada pada dirinya untuk suatu perbaikan. Sebab, keberhasilan seseorang dalam memimpin suatu lembaga dalam Pimpinan, jelas bisa dilihat dari bagaimana ia bisa membangun diri sendiri. Cerminan suatu pimpinan itu ada pada pribadi Pemimpin. Sekali lagi bahwa, setiap orang adalah pemimpin, dan akan dimintai pertanggung hawabannya yaitu memimpin untuk diri sendiri adalah hal yang paling utama, ketika hal ini sudah bisa kita capai yakin dan percaya kita akan bisa memimpin orang lain.
Kerja-kerja IMMawati sangatlah perlu dalam suatu Pimpinan. Maka jelas bahwa kebodohan suatu kaum perempuan atau IMMawati adalah kebiadaban besar. Negara bisa maju karena peran santral perempuan, maka IMM maju karena kerja perempuan yang memadukan intelektual dengan kepemimpinan untuk menciptakan peradaban besar bagi dunia dan lembaga.
Peran-peran IMMawati untuk penguatan para generasi adalah salah satunya dengan membentuk komisi-komisi ruang yang berkonsentrasi khusus pada IMMawati.Seperti sekarang ini IMM mempunyai wadah bagi IMMawati yaitu dengan adanya Pendidikan Khusus IMMawati seperti (Kajian IMMawati, MABIT IMMawati) dan banyak kegiatan IMMawati lainnya.
IMMawati sebagai aset penting dibangunnya perdaban harus berbeda dan memiliki daya saing yang kuat, karena sejatinya sudah dibekali oleh berbagai pelatihan, perkaderan, dan perjuangan untuk memacu daya kritis dan kreativitas di IMM merupakan modal besar bagi IMMawati untuk menduduki posisi strategis, bukan hanya di IMM, tapi di tengah masyarakat, dan Bangsa di masa yang akan datang.
Untuk memulai sebuah perubahan kita tidak perlu menunggu. Itulah pesan Kakanda yang berkali-kali diucapkan tatkala menyemangati para pejuang perubahan di zamannya. Perubahan adalah kata yang mewakili semangat ketika berada dalam garis perjuangan moral dan intelektual. IMMawati sudah harus memulai dari sekarang untuk mengasah dan mengantarkan segenap kekuatan beserta semangat untuk senantiasa bergerak di setiap jengkal zaman yang selalu berubah.



Siapa itu IMMawati?

Nabi Muhammad S.A.W dalam menjalani masa-masa perjuangan ditemani seorang yang bernama Khadijah, hadir untuk selalu menguatkan dalam keraguan, menemani dalam perjuangan, mendampingi dalam kesusahan demi tegaknya dinul Islam. K.H Ahmad Dahlan, telah hadir sosok Perempuan yang bernama Nyai Walidah, yang selalu memberikan semangat dan dorongan untuk tetap menjalankan misi kenabian melalui gerakan Organisasi Muhammadiyah. Tabah dan Ikhlas mempersembahkan yang terbaik untuk kepentingan ummat dan agama sehingga Muhammadiyah besar sampai satu abad lamanya. Bung Karno, hadir seorang yang bernama Fatmawati, menemani masa-masa sulit, memberikan dorongan semangat dan masukan lewat diskusi serta kehangatan dengan mempersembahkan yang terbaik untuk ibu pertiwi.
Perempuanlah dibalik Ketokohan para orang-orang luar biasa. Peran mereka melampau batas kemampuan para laki-laki, wajar kalau kata bijak mengatakan bahwa perempuan adalah tiangnya Negara, apabila perempuan baik maka baik pulalah suatu negeri dan apabila perempuannya rusak maka rusak pulalah suatu negara. Negara tanpa tiang akan roboh dan hancur berkeping-keping ibarat rumah, itulah analogi kehidupan bangsa ini tanpa perempuan akan kehilangan arah.
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) yang didalamnya ada yang namanya IMMawati, sebutan bagi kader Perempuan yang telah dibaiat dalam pengkaderan IMM. Mereka menyandang gelar IMMawati karena telah melalui proses penempaan di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sehingga kata IMM yang ditambah kata wati sebagai identitas perempuan.
Mereka adalah perempuan tangguh, anggun dalam moral, unggul intelektual dan santun dalam tutur serta dalam spritualitasnya. Mereka dibebani begitu berat tanggung jawab sehingga nasib bangsa ini dititipkan dipundak mereka. Bobrok atau rusaknya generasi sangat ditentukan oleh peran dan sentuhan seorang perempuan. Tokoh perempuaan telah banyak hadir dalam sejarah perjalanan bangsa ini, mereka terlibat atas persoalan bangsa dan memberikan warna tersendiri bagi gerakan perlawanan atas ketidak adilan dan kesewenang-wenangan.
Begitu jugalah IMM tanpa IMMawati akan roboh dan pincang dalam mengarungi gerak langkahnya sebagai organisasi Kemahasiswaan Islam. Immawati adalah penjaga keseimbangan dalam derap langkah IMM dimasa yang akan datang, immawati sangat menentukan baik buruknya IMM, karena sebuah oranganisasi tanpa penyeimbang dan penopang tidak akan mampu bertahan dalam situasi apapun. Karena perubahan dibangun oleh perempuan sejati, perempuan sejati telah disandang oleh IMMawati, dan tanpa IMMawati, maka merajalelalah kebiadaban.
Bukan soal dramatika belaka, mengapa ada-ada saja perempuan yang terambisi ingin tampil di panggung karier. Melainkan, ini persaingan ketat yang berlalulalangnya politisi di era yang terbilang maju sungguh pesat. Seringkali banyak orang yang menyakralkan kelahiran perempuan, sehingga ada pesan kepada para orang tua bahwa: Menjaga 100 ekor domba lebih mudah dibandingkan menjaga satu orang perempuan. Menerjemahkannya banyaklah perbedaan, ada yang mengatakan perempuan sarangnya fitnah dunia, ada pula yang  mengatakan bahwa perempuan adalah kaum terhormat dan mulia bak telur yang jangan sampai pecah kelalaian meletakkannya di mana saja. Pikiran-pikiran itupun muncul disebabkan ketidaktahuan orang-orang mengenai peranan-peranan laki-laki dan perempuan di masa depan yang tentu, hasilnya akan dinikmati oleh siapa saja.
Jika perempuan sejati mampu menorehkan pencerahan, maka sesungguhnya tertorehlah kaum IMMawati dalam mengukir sejarah. Tak maju, berarti siap-siaplah merasakan pahitnya kebodohan. Di sini IMMawati bukanlah terbilang sama seperti perempuan-perempuan lainnya yang tak menghijabi. Perempuan-perempuan yang disebut muslimah sehingga kerjaannya hanya mengurusi shalat dan diri, yang dimana hal tersebut baginya adalah ibadah. Maka, tercatatlah kejahiliahan itu kembali nampak dari tertutupnya diri. Padahal, dengan ilmu yang luas, menerjemahkan “Ibadah” bukan hanya shalat, melainkan di samping jenis ibadah khusus tersebut, juga terdapat ibadah umum, yakni tolong-menolong, dakwah, ukhuwah islamiah, dan lain sebagainya.
Ada hal penting yang menjadikan IMMawati sebagai objek generasi milenial. Yaitu, memberdayakan diri mengikut pada arus zaman  dengan satu tujuan, menyebarkan islam di zaman modern dengan sistem islam berkemajuan. Mengikat diri tidak hanya dalam rana intelektual saja tetapi dengan rana spritualitas juga, Intelektual tanpa spritualitas adalah hal yang pincang. IMMawati terlahir sebagai Pimpinan. Menjadi seorang Pimpinan, sungguh bukanlah hal yang mudah sebab harus memadukan antara intelektual dan kepemimpinan. Jiwa kepemimpinan dikatakan berpengaruh kepada diri sendiri adalah karena ia mempu memanajemen segala aktivitas dan apa-apa yang ada pada dirinya untuk suatu perbaikan. Sebab, keberhasilan seseorang dalam memimpin suatu lembaga dalam Pimpinan, jelas bisa dilihat dari bagaimana ia bisa membangun diri sendiri. Cerminan suatu pimpinan itu ada pada pribadi Pemimpin. Sekali lagi bahwa, setiap orang adalah pemimpin, dan akan dimintai pertanggung hawabannya yaitu memimpin untuk diri sendiri adalah hal yang paling utama, ketika hal ini sudah bisa kita capai yakin dan percaya kita akan bisa memimpin orang lain.
Kerja-kerja IMMawati sangatlah perlu dalam suatu Pimpinan. Maka jelas bahwa kebodohan suatu kaum perempuan atau IMMawati adalah kebiadaban besar. Negara bisa maju karena peran santral perempuan, maka IMM maju karena kerja perempuan yang memadukan intelektual dengan kepemimpinan untuk menciptakan peradaban besar bagi dunia dan lembaga.
Peran-peran IMMawati untuk penguatan para generasi adalah salah satunya dengan membentuk komisi-komisi ruang yang berkonsentrasi khusus pada IMMawati.Seperti sekarang ini IMM mempunyai wadah bagi IMMawati yaitu dengan adanya Pendidikan Khusus IMMawati seperti (Kajian IMMawati, MABIT IMMawati) dan banyak kegiatan IMMawati lainnya.
IMMawati sebagai aset penting dibangunnya perdaban harus berbeda dan memiliki daya saing yang kuat, karena sejatinya sudah dibekali oleh berbagai pelatihan, perkaderan, dan perjuangan untuk memacu daya kritis dan kreativitas di IMM merupakan modal besar bagi IMMawati untuk menduduki posisi strategis, bukan hanya di IMM, tapi di tengah masyarakat, dan Bangsa di masa yang akan datang.
Untuk memulai sebuah perubahan kita tidak perlu menunggu. Itulah pesan Kakanda yang berkali-kali diucapkan tatkala menyemangati para pejuang perubahan di zamannya. Perubahan adalah kata yang mewakili semangat ketika berada dalam garis perjuangan moral dan intelektual. IMMawati sudah harus memulai dari sekarang untuk mengasah dan mengantarkan segenap kekuatan beserta semangat untuk senantiasa bergerak di setiap jengkal zaman yang selalu berubah.